Let The Wind Blow Part 1

Let the Wind Blow

Title                 : Let The Wind Blow part 1

Main Cast         : Exo Xiumin, Infinite Hoya

Support Cast    : Exo Luhan, Mblaq Joon, SNSD Taeyeon, ZE:A Heechul, Exo Baekhyun

Genre               : Action, Sad, and other

Recommended Song : Black Paradise – B2ST, Davinchi – Don’t You Know, Led Apple – Let The Wind Blow

Angin itu berhembus semilir, menerpa setiap keindahan yang tercipta begitu sempurna. Menyapa dedaunan rimbun yang terbuai hingga ikut pergi bersamanya. Angin itu pula yang membangunkan seorang pemilik wajah mugil bak malaikat yang turun dari surga untuk menaburkan kebahagiaan di bumi.

“apa aku terlambat bangun?”ucapnya saat menyadari seekor anjing putih besar telah duduk dibawah ranjang tempat tidurnya. Seakan mengerti pertanyaan sang majikan, anjing itu mengongong pelan. “kajja, sudah saatnya kita kebawah”ucapnya sambil mengacak lembut bulu-bulu kepala anjing kesayangannya.

Ditempat yang berbeda, angin juga membelai lembut wajah seorang namja yang tengah berdiri didepan sebuah pusara berhiaskan beberapa buket bunga diatasnya. “apa kau bahagia youngie? Oppa sangat merindukanmu”ucap namja itu lirih, walaupun dua tahun telah berlalu tapi kenangannya bersama dengan pemilik tubuh yang terbenam itu masih membekas dengan jelas diingatannya. “apa kau tahu siapa yang menerima jantungmu? Kau tahu….. dia sangat tampan. Mungkin jika kalian bersama semua orang akan iri pada kalian” namja itu tersenyum kecut “tapi……….haruskan aku menjaganya seperti aku menjagamu?”.

Angin berhembus lebih kencang ketika seorang namja ikut bergabung bersama dengan namja yang sedari tadi berdiri dihadapan namja tadi. “hoya-ah, apa yang sedang kau lakukan?”tanya namja berpakaian serba hitam pada namja bernama hoya itu. “aniyo, hanya merindukan minyoung hyung”jawab hoya datar, tanpa mengalihkan pandanganya kelawan bicaranya. “hyung…….apa kau benar-benar akan membalas dendam pada mereka?”dengan berat pertanyaan itu keluar dari bibir hoya. “wae? Kau masih berfikir dia tak ada hubungannya sama sekali dengan appanya? Atau dialah orang yang mendapat hidup minyoung?”seringai sinis terhias dibibir namja berpakaian hitam itu. “joon hyung…….”sebelum hoya menyelesaikan kalimatnya namja itu mengangkat tangan kirinya dan memberikan isyarat untuk diam. “kau tahu, aku tak pernah rela ia mendapat jantung minyoung. Dan akan kuambil kembali jantung itu dari dadanya, ia sama sekali tak pantas mendapat hidup dari minyoung. Kupastikan mereka akan merasakan balasan dari pada yang telah mereka lakukan”tanpa permisi namja bernama joon itu meninggalkan hoya yang tak bisa membalas pernyataan hyungnya. “aku yakin minyoung sama sekali tak mengingginkan ini hyung”gumam hoya pelan saat melihat kepergian joon yang jauh dihadapannya.

Namja mungil itu menghela nafasnya berat, menunggu bukanlah hal yang disukainya bahkan menunggu adalah hal yang sangat dibenci namja berkulit susu itu. “minseok-ah, miane…..”minseok mengalihkan pandanganya malas kearah sumber suara yang kini berdiri tepat dihadapannya. “jinca, kau menyebalkan noona”keluh minseok karena yeoja yang berada dihadapannya telah sukses membuat moodnya buruk. “aigoo…miane, ini semua karena luhan. Dia meninggalkan paspornya dihotel jadi kami harus kembali dan ketinggalan pesawat” yeoja bernama taeyeon itu mengarahkan death glarenya kearah namja dibelakangnya yang menundukkan kepalanya dan membentuk ‘V’ sign dengan kedua jarinya. “aishh….. tak bisakah kalian memberitahuku sebelumnya? Aku menunggu disini dua jam, arra?”ucap minseok dengan kesal pada dua orang itu. “aigoo…..sepertinya nae baozi marah”luhan mendekati minseok dan mencubit kedua pipinya gemas. “ah…..ah…..appo….appo…”ringis minseok hingga membuat taeyeon dan luhan ikut tertawa.

Luhan POV

Inilah keluargaku, keluarga yang membawa kenyamanan untukku. Taeyeon noona dan minseok. Sepuluh tahun yang lalu aku bertemu dengan mereka berdua, lebih tepatnya bertemu dengan anak-anak atasan ayahku. Ya……minseok dan taeyeon noona adalah anak-anak dari atasan ayahku, semenjak itu kami tumbuh bersama layaknya saudara hingga appaku, appa minseok dan eomma mereka tewas dalam sebuah kecelakaan. Dan seperti janjiku pada  appa, aku menjadi saudara sekaligus penjaga Taeyeon dan minseok menggantikan tugasnya.

“luhan-ah, apa kau akan terus memandangiku?”tanya minseok karena sedari tadi aku hanya mengamati gerak-geriknya. “nde? Aku tak mengamatimu. Apa kau bertambah percaya diri setelah kutinggal beberapa hari?”ejekku pada minseok dan seperti biasa taeyeon noona hanya tersenyum melihat tingkah kami berdua.

“agassi apakah kita akan kerumah nyonya dulu?”tanya supir jang pada taeyeon noona. “hmmm, aku harus mengantarkan sesuatu pada helmoni”angguk taeyeon noona cepat, “aigoo……ini pasti akan menjadi hari yang membosankan”keluh minseok, ia menempelkan kepalanya di jendela mobil dengan bosan.

Tak sampai tiga puluh menit kami telah sampai disebuah rumah megah dengan penjagaan ketat. “selamat datang aggasi”sapa salah seorang pria berjas hitam, jika aku tak salah. Kurasa namanya adalah choi siwon. Ia mengantarkan kami menuju keruang tamu dimana helmoni telah duduk disalah satu kursinya. “hoaam….aku akan menunggu kalian ditaman belakang, sepertinya aku merindukan shaki”ucap minseok malas, begitulah yang selalu dilakukannya ketika bertemu dengan neneknya. Ia akan berusaha menghindari percakapan dengan wanita berusia delapan puluhan itu.

“bagaimana? Apa kalian menemukannya?”tanya helmoni to the point.

“mianeyo helmoni, yeoja bernama minyeong itu telah meninggal dua tahun yang lalu. Tapi…..kenapa helmoni masih ingin menemukan kotak itu?”tanya taeyeon noona, dan seperti yang kutebak helmoni hanya tersenyum tanpa memberikan kata-kata apapun.

“gurae, bagaimana dengan adikmu? Apa dia baik-baik saja?”helmoni menyesap sedikit cangkir teh yang dipegangnya.

“ne, sejak ia mendapat donor jantung itu sepertinya ia kembali normal”jawab taeyeon noona.

“luhan-ah, tetap jaga cucuku. Arraso?”dengan cepat aku mengangguk. “hannie, temanilah minseok. aku ingin berbicara dengan helmoni”pinta taeyeon noona lembut.

Kulangkahkan kakiku menuju kesebuah taman, dari kejauhan aku bisa melihat minseok tengah asik bermain dengan shaki. Ia terlihat begitu bahagia, kebahagiaan yang selalu kutakutkan jika dalam sekejap dapat berubah menjadi tangisan.

Bagiku minseok lebih penting dari apapun juga didunia ini, dia telah berbagi segalanya denganku. Ia membagi kasih sayang taeyeon noona padaku. Hal yang bahkan tak pernah kurasakan dari appaku. Apapun akan kulakukan untuk melindungi minseok, seperti yang kujanjikan pada taeyeon noona selama ini.

‘berjanjilah, jangan biarkan siapapun menyakitinya’ kata itulah yang selalu terngiang dalam hatiku selama sepuluh tahun ini. Aku rela terluka asalkan minseok tersenyum, aku rela kelaparan asalkan minseok bisa makan, akupun rela kedingginan asalkan tak ada setetes air hujan yang membasahi tubuhnya. Karena minseok begitu rapuh, ia tak jauh berbeda dengan vas keramik yang siap untuk pecah kapan saja.

“apa memandangiku adalah hobbi barumu?”ucapnya sakartik, namun sebuah senyum simpul terukir dibibirnya.

“ya! Apa kau bilang!” aku berlari kearahnya dan segera mencubit pipi chubbynya.

“ampun….ah..appo…..jangan cubit pipiku…..ack…appo”

Luhan POV end

—–

“apa yang helmoni bicarakan?”tanya minseok ingin tahu. Ia mencondongkan badannya kekursi belakang tempat luhan dan taeyeon duduk.

“aigoo, kenapa kau selalu ingin tahu urusan orang lain sih” ledek luhan. “apa mobil itu tak melanggar batas kecepatan?”minseok menunjuk sebuah mobil merah yang berhasil tertangkap mata indahnya. Namun tak sampai lima detik mobil itu telah sukses menabrak bagian depan kap mobil yang ditumpanginya. “awas!”pekik minseok saat mobil yang mereka tumpangi berputar beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Sang pengendara mobil merah itu berhenti sejenak dan melemparkan sebuah kertas dijalanan sebelum akhirnya meluncur pergi dengan kecepatan tinggi.

“gwenchana?”tanya taeyeon khawatir pada minseok. “eoh, ne…oh”jawab minseok sedikit shock. Luhan dengan cepat turun dari mobil dan berusaha mengejar sipengemudi mobil merah itu namun usahanya sia-sia karena mobil merah itu jauh lemuncur didepannya.

“aish…..”teriak luhan frustasi, tanpa sengaja pandangannya tertuju pada sebuah kertas kumal yang tergeletak dijalanan. Ia membukanya dengan tak sabaran, setelah akhirnya manik mata namja manis itu membulat sempurna mengeja satu per satu kata dalam kertas tersebut.

Luhan mengalihkan pandangannya kearah dua orang yang amat disayanginya. Taeyeon dan minseok. “sial!”pekiknya.

“minseok-ah, noona apa kalian baik-baik saja?”tanya luhan yang kini ikut masuk kembali kedalam mobil.

“ne, gwenchana. Aku akan menelepon polisi sekarang”ucap taeyeon tegas, namun dengan cepat luhan menyentuh tangan taeyeon dan memandang manik mata yeoja itu dalam. “sebaiknya kita kembali kerumah dulu”potong luhan cepat.

—-

“wae? Kenapa kau……” belum selesai taeyeon mengajukan pertanyaannya luhan telah terlebih dulu memberikan kertas kumal yang tadi pungutnya pada taeyeon. “akan kuambil kembali yang tak seharusnya jadi milik kalian”ucap taeyeon saat membaca kertas itu.

“apa artinya ini?”

“ne, minseok adalah target sasaran mereka”ucap luhan datar namun terkesan dinggin.

“maldo andwe! Kenapa mereka juga mengincar adikku! Apa appa dan eomma tak cukup bagi mereka” keluh taeyeon frustasi.

“noona……”

“kenapa? Hanya karena kristal tak bernilai itu kita menjadi saling membunuh!”

“noona……”

“aku membencinya! Aku benci terlahir di keluarga Kim”

“noona tenanglah! Bukankah ini menjadi janji kita pada mendiang tuan Kim”

“tapi kenapa harus minseok? wae? Seharusnya ini telah berakhir sekarang! yeoja bernama minyoung itu bahkan telah meninggal!”

“aku….aku berjanji akan selalu melindungi minseok, aku berjanji”

Sementara itu tanpa mereka berdua sadari minseok mendengar semua pebincangan taeyeon dan luhan. Ia hanya berdiri dibalik gorden besar yang menutupi dirinya bersama dengan anjing putih besar miliknya.

“kajja baek gu”ajaknya pada anjingnya sepelan mungkin. Minseok perlahan melangkahkan kakinya kearah balkon kamarnya. Ingatan lama yang ingin dilupakannya perlahan kembali datang dengan rasa perih yang kembali menghampiri hatinya.

Flashback

Mobil berwarna hitam itu melaju dengan lamban dijalanan malam kota seoul. Didalam mobil itu dua orang namja yeoja serta seorang namja berusia delapan tahunan tengah bercanda bersama dalam suasana ceria. Sementara itu dua mobil dibelakang mobil itu terus mengikuti kecepatan mobil yang berada didepan mereka.

“ah sayang sekali luhan dan taeyeon tak bisa ikut dengan kita. Padahal liburan kali ini sangat menyenangkan”ucap seorang yeoja paruh baya.

“hmmm, salah sendiri noona malah memilih berlatih beladiri bersama choi ahjusi”senang namja berusia delapan tahunan itu.

Namun dengan tiba-tiba sebuah truk melaju kearah mereka dan mengahancurkan sebagian mobil mereka. “appa”rintih minseok kecil dengan luka-luka yang terhias ditubuhnya.

“minseok-ah, bertahanlah!”ucap namja itu berusaha keluar dari himpitan mobilnya. Sementara itu dengan segera beberapa orang mencoba menolong sang majikan dari kecelakaan itu.

‘DORRR…..DORRR…DORRR’

Beberapa kali suara tembakan terjadi dan satu per satu orang yang berada disekitar mobil itu tumbang. Minseok kecil hanya terpaku melihat keadaan diluar melalui kaca mobil yang hampir tak terlihat karena retak itu. Satu persatu orang yang dikenalnya tertembak dan tumbang tak bernyawa.

‘Jung ahjussi’

‘kevin ahjussi’

‘sanghyun ahjussi’

‘chanyeol hyung’

‘……xi ahjussi……..’

Pemandangan itu tak berhenti sampai disitu, seorang namja melompat keatas kap mobil dan menodongkan pistolnya kearah eommanya.

‘DDOORR’ tembakan itu berhasil menembus jantung yeoja berparas cantik  yang telah tak sadarkan diri itu tepat dimata minseok. penembak itu beralih menodongkan pistolnya kearah appa minseok.

“appa……..andwe……”ucap minseok lemah, tangisan telah pecah dari mata beningnya.

“minseok-ah, cepat keluar…..appa akan baik-baik saja”ucap Kim min ji pada putranya. Namun minseok hanya diam dan terus mengeleng-gelengkan kepalanya. Hingga dentuman keras terdengar diteling kecilnya. Namja bertopeng itu telah membunuh appanya.

“appa”panggil minseok lirih. Namja itu kini mengalihkan pistolnya kehadapan wajah minseok. namun perlahan tangan mungilnya memegang bagian depan pistol itu. Seolah meminta sang pembunuh untuk mengantarkannya kepada kedua orangtuanya. Mata namja bertopeng itu nampak ragu, ia manatap lurus kearah mata bening minseok.

Suara sirine mengaung dan mulai menganggu konsenstrasi sang pembunuh. Namja itu memilih untuk meninggalkan minseok kecil tetap hidup.

Mulai saat itulah taeyeon tak pernah membiarkan minseok untuk terkait dengan organisasi yang keuarga mereka jalankan. Namja mungil itu menderita trauma akut dan memilih sebagai  orang biasa yang tak ingin mengotori tangannya dengan darah orang lain.

Flashback end

—–

Hembusan angin dinggin itu kembali menyapa hoya dengan lembut, ia memandang kedatangan hyungnya dengan sedikit sendu. Ia tahu persis apa yang telah dilakukan hyungnya. apalagi ia dapat dengan jelas melihat bekas tabrakan dimobil merah itu.

“hyung”panggilnya saat joon memasuki rumah sederhana miliknya. Seringai tipis terlihat terbentuk dibibir joon.

“wae? Jika kau tak ingin membantuku aku akan melakukannya sendiri” ucap joon sejenak berhenti kemudian kembali melanjutkan jalannya.

“aku…aku rasa minyoung tak ingin kau melakukan ini pada namja itu”

“cih! Kau sama saja dengan minyoung, bagaimana ia bisa memberikan jantungnya pada orang yang telah membuat hidup kita seperti ini”sinis joon “kupastikan mereka akan menerima seperti yang appa mereka terima”

Hoya hanya terdiam mendengar ucapan hyungnya. walau bagaimanapun yang dikatakan joon tak ada salahnya. Karena keluarga Kimlah keluarga mereka seperti sekarang, Lee Yeowon, eomma mereka harus dirawat dirumah sakit jiwa karena kehilangan appa mereka.

“youngie, apa yang sebenarnya ingin kau berikan pada kami”gumam hoya pelan. Kejadian dua tahun lalu kembali berputar didalam ingatannya dan memunculkan kembali memori tentang sisa kehidupan adik tersayangnya.

Flashback

Minseok merasakan sakit yang teramat pada jantungnya, ia menyesali dirinya yang dengan bodohnya menyetir mobil sendirian. Ia terlalu marah pada taeyeon yang tak pernah mengijinkannya untuk hidup sendiri sebagai anak sma biasa. Namun keputusannya untuk kabur justru berakibat fatal, penyakit jantung yang dialaminya selama ini kambuh disaat waktu yang tak tepat. Mobil berwarna hitam itu hilang kendali dan menabrak sebuah mobil lain yang melaju dengan kencang kearahnya. Mobil yang dikendarai minseok terjebur kesungai sementara mobil berwarna merah itu harus berguling-guling dan jatuh kesisi lain jalan itu.

“minseok! jebal! Kau harus bertahan, jebal!”teriak taeyeon didalam tangisnya.

Sementara itu pengemudi mobil merah itu mengalami cidera serius diseluruh tubuhnya, yeoja dengan nama Lee Minyoung itu masih membuka matanya namun seluruh tubuhnya terasa tak dapat digerakkan. Yeoja itu masih bisa mendengar teriakan taeyeon yang dengan sedihnya meminta namja yang terbaring disebelahnya itu untuk tetap hidup.

“ini akan sulit, jantung minseok tak bisa lagi bertahan lebih lama”ucap salah seorang dokter.

“jebal! Lakukan apapun untuk membuat minseok kembali padaku. Hanya dia yang kupunya, jebal”tayeon semakin histeris melihat dokter yang terlihat putus asa menanganinya.

Minyoung merasa sedih melihat yeoja itu, sedikit banyak ia punya kesamaan dengan yeoja itu. Hidup kesepian tanpa orang yang menyayanginya.

“minyoung”panggil suara yang amat dirindukan minyoung, suara hoya kakak yang begitu dirindukannya.

“kau datang…..dimana……”ucap miyoung, namun ia tak mendapati joon datang untuk menemuinya meskipun itu mungkin adalah akhir pertemuan mereka.

“bagaimana minyoung?”tanya hoya pada dokter yang menangani adiknya.

“miane, bisa dipastikan minyoung aggasi akan mengalami kelumpuhan secara permanen, tak hanya pada kakinya tetapi juga seluruh syaraf ditubuhnya. Capat atau lambat adik anda akan segera mengalami kelumpuhan otak hingga……” dokter itu tak melanjutkan perkataannya, ia yakin hoya pasti mengerti apa yang akan disampaikannya.

“oppa, bisakah kau membantuku”ucap minyoung lembut, ia tersenyum meskipun air mata jelas menetes dikedua ujung matanya. Minyoung membisikkan sesuatu ketelinga hoya. Namja itu kemudian hanya mengengam lembut jemari minyoung dan tersenyum pedih.

Seminggu telah berlalu semenjak minyoung pergi dari sisi Hoya. Namja itu perlahan membuka pintu sebuah kamar rawat tempat dimana seorang namja mungil masih tertidur dengan panjangnya.

“aku tak tahu harus berbuat apa denganmu, bagaimana bisa minyoung memberikan jantungnya padamu. Bagaimana bisa aku membencimu setelah ini, bagiamana?”air mata mengucur deras dari mata hoya. Ia mengamati wajah mungil pucat itu dengan sedih. “apa takdir memang mempermainkan kita seperti ini. Eoh? Katakan padaku! Apa aku bisa membunuhmu setelah ini!?”tangis hoya semakin pecah saat menyadari bahwa kini wajah minyoung tergambar dalam wajah mungil minseok.

“kau membuat ini semakin sulit minyoung-ah”keluh hoya sedih. Entah mengapa ia bisa melepaskan gelang yang selalu dipakai minyoung dan memakaikannya pada tangan kanan minseok.

“berusahalah untuk tetap hidup”hoya meninggalkan minseok yang masih terus tidur dalam komanya. Hingga tepat ketika hoya menutup pintu kamarnya tangan mungil minseok bergerak dan air mata mengalir tipis dari kedua matanya yang terpejam.

Flashback end

Minseok memulai aktivitasnya seperti biasa. Datang sebagai siswa tingkat terakhir bersama dengan luhan yang selalu berada disekitarnya.

“ya hyung!”panggil salah seorang namja yang sangat familiar untuk mereka berdua.

“baekkie, kenapa dengan wajahmu?”tanya minseok dengan menunjuk sebuah plester yang tertempel dijidat namja bermata sipit itu.

“ah, kau tahu kan siapa aku?”

“dasar berandal cilik! Apa kau tak bosan berurusan dengan para preman itu?”komentar luhan merendahkan.

“aigoo, aku tahu aku tak sebanding denganmu. Tapi itu benar-benar mengasikkan hyung”puji baekhyun pada hobinya yang senang berurusan dengan gengster tak jelas.

“ah molla, apa asyiknya mengotori tanganmu dengan darah”minseok berjalan mendahului baekhyun.

“ya!”protes baekhyun tak terima, bukannya baekhyun tak tahu siapa keluarga minseok tapi yang membuatnya penasaran adalah kemampuan minseok. ia tak pernah sekalipun melihat minseok berkelahi. Yang ia tahu luhan selalu melindungi minseok dari semua gangguan preman atau gengster yang mengusik mereka.

TBC

4 pemikiran pada “Let The Wind Blow Part 1

Tinggalkan komentar